09 September 2009

Penyebab Kesalahan Berpikir

Tiba-tiba saja, setelah diskusi itu, saya tergerak untuk menulis tentang penyebab kesalahan berpikir ini. Saya memulai sebuah diskusi ringan di kelas dengan mahasiswa untuk introduksi sebuah mata kuliah pada awal semester ini. Tak sengaja, diskusi itu menyinggung sedikit pada masalah kemiskinan. Ada sebuah pendapat;

“Kemiskinan memang sudah semestinya ada, sudah ada sedari dulu, sesuatu yang alamiah, bahkan sudah menjadi sunatullah. Bila tidak ada orang yang miskin, maka tidak akan ada orang yang mengambil upah kepada orang kaya, dan kepada siapa zakat akan diberikan? Oleh karena itu kemiskinan tidak bisa dihilangkan, kemiskinan hanya bisa diminimalisir.”

Anda, tentu saja, boleh saja setuju atau tidak setuju dengan pendapat tersebut. Masing-masing orang, tentunya, punya pendapat yang berbeda. Namun, bila mau dilihat lebih jauh, menganggap kemiskinan tidak bisa dihilangkan (baca mengentaskan kemiskinan) adalah sebuah kesalahan berpikir. Mengapa?

Mari kita lihat dulu apa saja penyebab kekeliruan atau kesalahan berpikir tersebut. Berikut ini adalah penyebab kesalahan berpikir yang diuraikan Murtadha Muthahhari menurut Al-Qur’an. Sebenarnya, pada novel-novel atau pun karya ilmiah Buya HAMKA, kita juga akan temukan penyebab kesalahan berpikir ini secara terpisah. Namun, saya belum menemukan buku Buya HAMKA yang secara sistematis khusus membahas masalah ini (kalau sobat-sobat punya, mohon beritahu ). Kesalahan berpikir juga pernah dibahas oleh Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Rekayasa Sosial.

Al-Qur’an memberitahukan ada lima sebab kesalahan berpikir. Pertama, bersandar pada prasangka (persangkaan), bukan pada pengetahuan yang pasti. Persangkaan adalah penyebab utama kekeliruan. Descartes pernah bilang, “Jangan tergesa menghubung-hubungkan gagasan dengan kecenderungan.” Tidak ada sebuah landasan yang pasti bahwa kemiskinan merupakan sesuatu yang sudah semestinya ada.

Kedua, hawa nafsu. Sekali-kali jangan pernah untuk bersikap tidak adil (netral) dalam menilai. Bila seseorang tidak adil dalam memberikan penilaian, maka secara tidak disadari, arah pemikirannya akan cenderung kepada hawa nafsunya. Bayangkan, bila isu ‘kemiskinan adalah sunatullah’ ini dimanfaatkan untuk sesuatu yang dilandasi hawa nafsu, kepentingan politik misalnya. Bisa saja akan menjadi sebuah justifikasi atas kerja pemerintahan yang tak beres dalam mengentaskan kemiskinan.

Ketiga, tergesa-gesa. Untuk mengemukakan pendapat tentang sebuah persoalan, misalnya kemiskinan adalah sunatullah, seseorang harus memiliki bukti yang cukup. Bila tidak, bisa saja pendapat tersebut salah.

Keempat, berpikir tradisional dan melihat ke masa lalu. Saya teringat ketika detik-detik kepindahan Valentino Rossi dari Honda ke Yamaha. Saat itu, Rossi dihantui oleh pendapat orang-orang “bila ingin menjadi juara, pakailah Honda”. Namun, setelah pindah ke Yamaha, Rossi membuktikan bahwa dengan motor selain Honda ia bisa menjadi juara. Bahkan, bila ia juara lagi musim ini, gelar juaranya bersama Yamaha akan melebihi jumlah perolehan juara semasa ia masih ‘menggeber’ Honda. Dalam kasus ini, berpikir “bila ingin juara, pakailah Honda” adalah pikiran yang melihat ke masa lalu. Kecenderungan alamiah manusia adalah cepat menerima gagasan atau kepercayaan yang sudah diterima oleh generasi sebelumnya, tanpa memikirkannya lebih jauh. Begitu pula dalam memandang masalah kemiskinan ini. Inilah yang dikatakan Jalaluddin Rakhmat dalam Rekayasa Sosial sebagai fallacy of retrospective determinism.

Kelima, memuja tokoh atau mengkultuskan seseorang. Masih erat kaitannya dengan poin keempat. Pada poin ini, sekilas terlihat ada sedikit (dan tentu saja tidak sepenuhnya) kesamaan pandangan Muthahhari dengan Immanuel Kant soal pencerahan. Mengkultuskan seseorang akan membuat seseorang tidak berani beda dengan pendapat sebelumnya atau pendapat tokoh yang dikultuskan tersebut. Ini akan menyebabkan seseorang kehilangan kemerdekaan berpikir dan berkehendak. Kata Muthahhari lagi, Al-Qur’an menyeru kita agar berpikir independen, dan jangan membabi buta mengikuti pendapat orang-orang terdahulu.

Berpendapat bahwa kemiskinan sudah semestinya ada adalah kesalahan berpikir. Selanjutnya, kita akan terjebak dengan pendapat bahwa pelacuran itu juga sudah ada sejak dulunya. Selagi masih ada laki-laki dan perempuan, maka pada saat itu juga yang namanya pelacuran tidak bisa dihilangkan. Pelacuran sudah semestinya ada. Pelacuran hanya bisa dilokalisasikan. Atau sama juga dengan menganggap bila tidak ada kejahatan, maka siapa yang akan bekerja sebagai polisi, atau orang-orang yang telah menjadi polisi nantinya akan bekerja sebagai apa? Makanya, kejahatan memang harus ada. Kesalahan berpikir menyebabkan kita menjadi status quo terhadap semangat perubahan.

Sebagaimana halnya seorang yang miskin, suatu waktu, ia bisa saja menjadi seorang pengusaha kaya yang sukses, asalkan ia berusaha dengan sungguh-sungguh. Begitu pula dengan kemiskinan, bisa saja dihilangkan, asalkan ada usaha yang sungguh-sungguh untuk mengentaskan kemiskinan tersebut. Tak ada hal yang tak mungkin untuk dilakukan. Tak ada hal yang tak bisa berubah. Perubahan itulah yang sudah jelas nyata sebagai hukum alam. Perubahan itulah yang sunatullah.

Terakhir, anda tentu saja boleh setuju atau pun tidak dengan pendapat saya. Oleh sebab itu, bila ada tambahan, pendapat yang berbeda, koreksi atau pun kritik, saya akan dengan senang hati menerimanya. Mari kita diskusikan bersama...


KONSULTASI BISNIS
Bagaimana Menemukan Ide dan Memulai Bisnis Anda?
Silakan menuju ke "RUANG KONSULTASI". Klik Disini!!

50 komentar:

nakjaDimande mengatakan...

sudeska, seperti biasa.. bila berkunjung dihalamanmu ini mande harus ulang menyimak lagi dan lagi.. karena sungguh berat bagi bundo memahami dalam sekali baca..

buku buya Hamka.. mande belum pernah baca, kecuali novelnya saja..

Khery Sudeska mengatakan...

@nakjaDimande: Mande penggemar novel Buya HAMKA juga ya? Asyik dah, kalo gitu... :)

KitabBisnis mengatakan...

Salam mas...saya ikut nimbrung satu.
Hukum dualisme memang tidak pernah dapat dihilangkan dari dunia ini. Kita mengkategorikan orang lain kaya karena adanya orang miskin sebagai tolok ukurnya. Bagaimana kita bisa di ilang kaya jika tidak orang miskin sebagai perbandingan. Jadi kedua berjalan saling mendukung dan saling memunculkan.
saya setuju dengan pendapat bahwa kemiskinan tidak pernah bisa dan "tidak pernah" akan bisa dihilangkan. Akan selalu ada sepanjang waktu, sepanjang jaman, sama dengan prostitusi.

Khery Sudeska mengatakan...

@KitabBisnis: Silakan, Mas... dan Trims atas opininya. No problem :)

IwanKus mengatakan...

kok tiba2 ada valentino rossi ya...
sebelum pakai honda dia lebih dulu berjaya dengan aprillia mas...
hehe...gak ada hubungannya ya
saya belajar dulu deh mas...
trims artikelnya

IwanKus mengatakan...

kok tiba2 ada valentino rossi ya...
sebelum pakai honda dia lebih dulu berjaya dengan aprillia mas...
hehe...gak ada hubungannya ya
saya belajar dulu deh mas...
trims artikelnya

cow mengatakan...

koment dulu deh baca ntar aja hehehe

heru mengatakan...

mantap mas artikelnya, dengan memiliki hati dan jiwa yang besar maka orang tersebut memiliki banyak kekayaan. tapi kalau orang tersebut tidak saling memberi dan berbagi maka orang tersebut boleh dikatakan orang penuh dengan kemiskinan hehehe
salam sukses selalu mas

Khery Sudeska mengatakan...

@IwanKus: Itu waktu masih di 125 CC dan 250 CC, Mas Iwan. Waktu belum pindah ke kelas para raja. Kok malah jadi ngomongin motoGP ya? :D

@cow: silakan, sob... Gak dibaca pun selepas itu gapapa, hehehe... (kidding, pizzz...)

@heru: setuju atas opininya, mas Heru :)

candradot.com mengatakan...

wuih... ngeri neh tulisannya. berat2...
eniwei... plus minus pasti ada.
kutub negatif dan positif juga gak bisa ilang

hill mengatakan...

hidup valentino rossi!:D eh salah yaa :D, iy bener kawan, terjebak dgn pola pikir masa lalu dgn persepsi yg sudh dibangun sejak lama akan menutup sgala kemungkinan yg lain yg lbh baru utk di ekplorasi, (sy komen apa sih ampe bingung sendiri hehe) tp yg jelas, artikelnya menarik sekali,sy menikmati setiap aliran kata yg begitu jelas & terperinci :) thnxs kawan, ttp semangat berbagi ilmu

salam

Khery Sudeska mengatakan...

@candradot.com: Silakan, Mas Candra. Perbedaan pendapat dihargai setinggi-tingginya disini, hehehe :D

@hill: Sama2, Kawan. Hidup Valentino Rossi!!! (Lha, kok jadi bicarakan Rossi) :D

arkasala mengatakan...

saya kok sependapat dengan kemiskinan itu sudah pasti adanya dan realitasnya memang ada. Namun orang yang miskin bisa merubah dirinya atau merubah nasibnya sesuai dengan tingkat usahanya. Bukankah : Tidak akan berubah suatu kaum jika tidak berupaya untuk merubahnya sendiri. Jadi perubahan itu akan selalu ada. Termasuk tidak tertutup kemungkinan perubahan yang sebaliknya yaitu dari yang awalnya kaya mengalami hidup miskin karena kesalahan memilih jalan hidup, kesalahannya melakukan perubahan.

Khery Sudeska mengatakan...

@arkasala: Ok, Mas Yayat... Sementara pendapat Mas Yayat saya tampung dulu. Nanti, saya akan cantumkan tambahan referensi mengenai pendapat saya di atas :)

wellsen mengatakan...

Wah..artikel yang keren..
saya setuju sekali..
dalam melihat masalah, memang kita harus meletakkan diri kita pada posisi netral, terbebas dari segala prasangka dan subjektivitas..
Bagaimana mungkin kita bisa berubah bila kita tidak mempercayai perubahan itu sendiri..
Pada kenyataannya, apa yang kita percayai, itulah yang akan terjadi..

Mari berubah...ke arah yang lebih baik tentunya :)

belajar blog mengatakan...

Bener juga...
kesalahan berpikir akan membuat seseorang tersugesti ke arah yang tdk semestinya

koleksi mainan mengatakan...

Kalo saya sendiri setuju dengan 5 poin diatas
Penilaian harus dilakukan dengan teliti kalo perlu didukung dengan data yang akurat dan ilmu pasti
Kayak mas bilang, kepindahan Rossi dari Honda ke Yamaha. Dia tidak asal pindah, dia pasti punya perhitungan sendiri mengenai kesuksesan yang belum diraih ama Yamaha itu sendiri

Ricky mengatakan...

Pemaparan yang lengkap mas, saya sangat setuju dengan point no 2 dan 3 yaitu hawa nafsu dan tergesa-gesa memang sering mengakibatkan kita melakukan kesalahan.
Nice info mas,

sukses selalu buat sudeska.net

genial♂ mengatakan...

ko' kesalahan berpikir (itu juga kesalahan berfikir versi akang*) menyebabkan kita menjadi status quo terhadap semangat perubahan..?!??!

ko' yg seperti itu di anggap kesalahan berfikir?!??!?!

genial♂ mengatakan...

xixixixixixiixxx... maf kang bentar.. gw deman nii yang begini-begini... tp sayangnya.. saiia lg ngurusin https://www.google.com/webmasters/tools/settings dari triknya akang http://www.madegelgel.com/ bentaran kang.. soalnya saiia odong2 sama tekhnis bgonoan :(

genial♂ mengatakan...

sampe dimana tadi kita kang?!??!

genial♂ mengatakan...

yg saiia gag habis fikir... ko' bisa-bisanya kata2 ...'adalah kesalahan berpikir...' itu menjadi pilihan akangnya tuk menyempurnakan tulisan ini? bukankah memang juga sudah sunnatulloh bahwa ada kanan dan ada kiri, ada atas ada bawah, demikian pula ada kaya ada miskin.. org yg berfikir bahwa 'miskin' itu nyata lantas tiba2 menjadi salah?!?! lantas menjadi 'penutup pintu' buat org tersebut 'berubah'?!?!

hhmm... sambil ngisi waktu ngeliad SEOnya kang gelgel.. gpp kan kang saiia mondar/ir di sini?!??!

hhmm... gagal itu indah? setelah saiia menulis gagal itu indah dan mendapat kritik tajam dari kang Arman (*lupa linknya, maaf).. sepertinya saiia sadar bahwa banyak hal yg mesti saiia benahi.. gagal iia gagal, indah itu indah... negatif sama postif berdiri di kutubnya masing2...

kaya.. miskin... sama kang... nahhh entah itu di tengah2nya terjdi proses tuk 'berubah'.. itu lain soal... :( nengokin SEO lagi ahhh.. :(

deny rendra mengatakan...

terjawab sudah jawaban ttg kesalahan berpikir yang sering aku tulis selama ini...
nice post kanda !!!

alamendah mengatakan...

Saya setuju sekali dengan 5 sebab kesalahan berfikir yang dinukil dari Al Qur'an tersebut. Tetapi sepertinya kelima-limanya tidak bisa menjadi dasar bahwa kemiskinan bisa dihilangkan (dalam konteks tidak ada kemiskinan di dunia).
Seperti kita tidak akan bisa menghilangkan siang dan menjadikannya menjadi malam semua.
Yang bisa terjadi adalah menghilangkan kemiskinan dalam konteks pengentasan kemiskinan. Yang tadinya miskin berubah menjadi kaya. Tetapi harus diingat, meskipun yang miskin akhirnya bisa menjadi kaya semua, bukan berarti yang miskin gak ada. Karena dari yang kaya bisa juga menjadi miskin.
Maaf, sepertinya tulisan ini gamang dalam memilih "menghilangkan kemiskinan" dalam konteks mengentaskan atau menghilangkan sama sekali.

Roizzz mengatakan...

hmmm... setuju kok mas... thanks nih tipsnya... bisa jadi lebih paham tentang cara berpikir kita...

endang kusman 2 mengatakan...

Kunjungan balasan...

Tulisan mas khery luar biasa tajam dan mengena. Kemiskinan akan selalu ada sampai kapanpun. Bahkan ada orang yang berpendapat bahwa kemiskinan juga sebagai salah satu penyebab pemicu terjadinya kejahatan, walaupun tidak selalu benar (sebab banyak orang kaya yang melakkan kejahatan bukan ?).
Tingkat kemiskinan di negeri kita ini sangat tinggi. Yang harus difikirkan oleh pihak-pihak terkait bagaimana caranya mengurangi tingkat kemiskinan.
Salam sukses dan persahabatan.

Silahkan mampir ke blog saya yang lain :
endang kusman

Agus mengatakan...

Di bisnis online saat ini, ada kecenderungan memuja seseorang yang dianggap "setengah dewa", terutama bagi newbie.

Memprihatinkan...!

bidan desa mengatakan...

sebelumnya terima kasih telah mampir....

artikelnya harus saya baca berulang-ulang untuk menangkap hal yang terkandung didalamnya...

saya pernah membaca dalam suatu artikel dan masih tersimpan dihati saya yang paling dalam .... suatu saat orang miskin tidak akan mau menerima zakat / sedekahmu, tetapi orang miskin tersebut akan meminta darahmu ...

keep in touch

netmild mengatakan...

ya memamng bener ada kaya ada miskin ga semua orang kaya tapi bagaimana kita harus berusaha itu yang harus di pikirkan

Iklan Gratis mengatakan...

Memang iya, kemiskinan itu pasti ada. karena Allah menciptakan kehidupan ini itu berpasang-pasangan, ada wanita ada laki-laki, ada kaya ada juga miskin, dan mereka pasti saling mebutuhkan.
orang kaya membutuhkan orang miskin, dan begitu juga sebaliknya. tapi yang miskin juga berhak untuk sukses dan bisa menjadi kaya.
salam sukses selalu..
Mengembalikan Jati Diri Bangsa

harmen batubara mengatakan...

Pendapat seperti itu sah-sah saja, tetapi saya ingin mengingatkan, bahwa dalam ilmu jagad raya, semua itu sudah di set,skenarionya itu sudah final.Semua kita ini hanyalah pelakon saja, kalau lakon kita jadi kaya, pasti akan jadi kaya karena semua akan dipenuhiNYA (sutradara), tapi kalau lakon kita sedang miskin, maka kayak apapun usaha yang kita lakukan tidak akan pernah mengubah keadaan, kita tetap miskin.Karena itu kita harus memainkan lakon kita dengan ihklas,tanpa ngedumel, hadapi dengan tulus. Kalau lakonnya sedang jadi kaya, ya ingat dan bantulah orang miskin.Tapi kalau lakonnya lagi miskin, jangan musuhi orang kaya. Gitu mas Khery...http://wilayahperbatasan.com

hariyanto mengatakan...

Orang miskin dan kaya di zaman sekarang kadang kabur. Mungkin karena banyak kepentingan; termasuk dipolitisasi dengan jargon senantiasa mengentas kemiskinan dan keluarlah angka-angka. Tetapi dari orang kebanyakan ( maaf mungkin ada yang marah ya..) jika dibilang kaya kadang marah karena maunya terus ingin mendapat BLT, beras murah, subsudi ini itu, dan akhirnya ....yang disebut miskin beneran jadi tidak dapat haknya. Kalau dalam agama .....barangkali miskin kaya beda-beda sedikit saja yaitu menyikapinya. Agar terjadi yang kaya bisa memberi dan yang miskin bisa menerima, atau bahkan menerima nasibnya dengan ikhlas....(aduh maaf sampai mana....jadi bingung jg)dan tentu saja tetap berusaha menjadi kaya. Disinilah perlunya kerjasama yang sinergis......baru kemiskinan menjadi lebih indah dan ringan dijalani. Salam Kenal Mas dari Belajar Internet Longlife.

Rita Susanti mengatakan...

Kemiskinan itu memang sudah ada sejak dahulu kala karena memang itu adalah bagian dari realita kehidupan.

Kemiskinan saya fikir memang akan selalu ada, dan tidak bisa hilang di muka bumi ini, kenapa? karena roda kehidupan itu kan selalu berputar. Jadi kemiskinan nya tidak bisa hilang, namun orang-orangnya bisa berganti. Mungkin kita yang saat ini sedang berada di tengah atau di atas, suatu saat bisa jadi berada di posisi paling bawah, dan begitu juga sebaliknya. Bukankah itu semua dipergulirkan untuk menguji sejauh mana kesabaran dan keimanan kita...

Artikel yang mencerahkan, dan membuat kita menengok kembali apakah selama ini kita sudah salah dalam berfikir??. Terima kasih Bang:)

Khery Sudeska mengatakan...

@Sahabat-Sahabat semua: Terimakasih atas pendapat anda semua. Saya sangat senang dengan beragamnya pendapat ini. Mulai dari saya sampai kepada pendapat sahabat-sahabat semua. Mudah2an ada hikmah yang bisa diambil nantinya. Amin... :)

Made Gelgel mengatakan...

saya kayaknya masih tergesa-gesa

makasih mas tipsnya

AeArc mengatakan...

wah.. kalo ngomongnya serius kayak begini bisa pusing aku.. wakakaka

edylaw mengatakan...

yang penting mau berusaha ya mas :D

webmaster info mengatakan...

numpang baca2 dulu deh mas
salam hangat

buwel mengatakan...

Wooow, makasih artikelnya...

a-chen mengatakan...

Mantab nian postingan kau....

rico surbakti mengatakan...

klo miskin ya miskin aja tp jangan minta-minta. miskin jg klo beriman dan bertakwa kan bahagia. rejeki kan udah digariskan oleh Allah yang penting tugas kita berusaha sambil berdoa, seperti lagunya satria bergitar.... terlaluuu

Riswanto mengatakan...

Maturnuwun bisa membaca postingan Mas Khery. Bagus banget. Miskin secara lahiriah lebih baik daripada miskin rokhani, miskin hati. Dan sungguh merugi bila sudah miskin lahiriah, masih juga miskin hati. Nauzubillah.
Sukses Mas..

KangBoed mengatakan...

Kedaling rasa nu pinuh ku bangbaluh hate, urang lubarkeun, ngawengku pinuh ku nyuuh, meungpeung wanci can mustari. Taqabalallahu Minna Wa Minkum
Wilujeng Idul Fitri 1430 H, sim kuring neda dihapunten samudaya kalepatan.
Kuring neda dihapunten kana samudaya kalepatan, boh bilih aya cariosan anu matak ngarahetkeun kana manah, da sadayana oge mung saukur heureuy, manusa mah teu tiasa lumpat tina kalepatan jeung kakhilafan

KangBoed mengatakan...

Terselip khilaf dalam candaku,
Tergores luka dalam tawaku,
Terbelit pilu dalam tingkahku,
Tersinggung rasa dalam bicaraku.
Hari kemenangan telah tiba,
Semoga diampuni salah dan dosa.
Mari bersama bersihkan diri,
sucikan hati di hari Fitri.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1430 H
Taqoba lallahu minnaa wa minkum
Shiyamanaa wa shiyamakum
Minal ‘aidin wal faizin
Mohon maaf lahir dan batin
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabatku terchayaaaaaaaank
I Love U fuuulllllllllllllllllll

Lifetheteen mengatakan...

No comment untuk artikel kali ini
jika orang2 bershadaqah setidakknya angka kemiskinan akan berkurang
Sebentar lagi hari lebaran saatnya sucikan hati dan jiwa menuju fitri

candradot.com mengatakan...

selamat hari raya Idul fitri...
mohon maaf lahir dan batin mas Khery

Khery Sudeska mengatakan...

@sahabat-sahabat semua: Thanks atas opininya, saya mendapat masukan yang berharga :)

hpnugroho.com mengatakan...

ulasannya dalem banget, jadi mikir-mikir lagi ...

tetap semangat ....

reez mengatakan...

makasih infonya....

surya maulana mengatakan...

waah jadi seperti itu ya

:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Bagi sahabat-sahabat pembaca yang belum mempunyai Blog, anda tetap bisa berkomentar/bertanya disini. Caranya, pada "Select frofile..." pilihlah Name/URL. Tulis pada kotak Name dengan Nama Anda, dan kotak URL anda kosongkan saja. Tuliskan komentar/pertanyaan anda di dalam kotak komentar, lalu Poskan Komentar anda.

 
© Copyright by Blog Khery Sudeska  |  Template by Blogspot tutorial