01 September 2009

Kenapa Budaya Bangsa Kita Dicuri? Salah Satunya, Akibat Tayangan TV Yang Tidak Berkualitas!

Sepertinya judul ini terlalu memaksa. Apa hubungan dicurinya budaya bangsa kita dengan tayangan TV yang tidak berkualitas? Bahkan, sekilas terkesan provokatif.

Tapi, tunggu dulu. Anda jangan keburu curiga. Saya akan jelaskan apa hubungan tayangan TV yang tidak berkualitas dengan budaya bangsa kita yang dicuri. Dan, ini nyata.

Taroklah, kita tetapkan skala dari 0% hingga 100%. Nah, dari 100% tayangan TV nasional kita, berapa persenkah yang anda rasakan manfaatnya bagi anda? Disini, masalahnya muncul pada definisi atau tafsir dari kata “manfaat”. Apakah kategori “sesuatu” (misalnya tayangan TV) bisa dikatakan bermanfaat?

Oke, mari kita lihat. “Manfaat” artinya adalah “hasil gunanya”. Lawan arti dari kata ini adalah “sia-sia”. Tapi, sesuatu baru boleh dikatakan bermanfaat, ia harus memiliki beberapa prasyarat. Apa saja itu?

1. Rasional, logis, dan mengembangkan pikiran.
2. Memberikan makna pada kehidupan.
3. Menghapus gagasan yang tak berarti dari pikiran.
4. Membangkitkan semangat.
5. Mampu menyucikan tujuan, menuluskan niat.
6. Menjadikan manusia bertanggung jawab.

Lalu, bagaimana tayangan TV nasional kita hari ini? Sudahkah memenuhi prasyarat tersebut?

Saya membaca postingan sahabat saya Deny Rendra di blognya; Intelektual Kuldesak. Disana, Deny “memaki-maki” tayangan TV nasional kita (terutama TV swasta) yang telah membuat buruk moral bangsa ini. Apa saja kata Deny?

Banyak sekali tayangan TV nasional kita telah menyebabkan degradasi moral. Salah satu contoh, di kehidupan nyata, tak ada lagi sikap sopan santun murid SMU terhadap guru benar-benar terjadi, karena betapa seringnya hal serupa ditayangkan oleh sinetron-sinetron “kelas sampah” di televisi. Guru telah menjadi alat permainan yang menyenangkan bagi murid. Tayangan TV juga telah menjadikan generasi kita hanya generasi pemimpi, bukan pejuang, mengembalikan hukum rimba, menjadikan semuanya dianggap mudah, dan terakhir yang paling parah terhadap moral dan peradaban bangsa, adalah menganggap mengumbar aib sebagai suatu kewajaran belaka.

Saya tak akan mengulas lagi satu persatu hal tersebut. Deny telah cukup panjang lebar mengulasnya. Anda dapat lihat ulasan Deny disini.

Nah, dari kenyataan tersebut apa efeknya pada bangsa? Yang paling parah terciderai adalah Rasa Kebangsaan. Kita boleh bertanya kepada diri kita sendiri, apa yang ada di benak kita ketika nama Indonesia ‘dingiangkan’ di depan muka kita. Masih adakah getar yang amat sangat membara, bahwa kita sendirilah Indonesia itu. Bahwa Indonesia itu adalah sebuah wadah tempat berkumpulnya sebuah bangsa yang dibangun atas rentang sejarah yang panjang, senasib sepenanggungan, dan oleh karenanya harus saling bahu-membahu, bantu-membantu. Yang lebih substansi lagi, bahwa Indonesia ini dengan segenap isinya harus dijaga. Bahkan, jika diperlukan, dengan jiwa dan raga.

Masih kuatkah rasa kebangsaan itu lahir dan hadir di hati dan pikiran kita? Ataukah Indonesia itu hanya sebuah nama negeri yang hanya ada dalam bayangan kita, tapi kita tak pernah merasa berada disana. Untuk membuktikannya tidak terlalu sulit. Apa yang akan kita lakukan ketika TVRI menayangkan wayang kulit, wayang orang, lagu-lagu melayu atau minang, tarian-tarian daerah, atau seni kebudayaan daerah lainnya? Akankah kita tetap kukuh pada channel itu? Atau kita akan segera mengalihkan channel? Karena pada channel lain masih ada banyak pilihan, walau kita sadari atau tidak, pilihan yang lain itu lebih banyak pilihan yang sia-sia belaka.

Ketika kita tidak lagi mencintai budaya kita sendiri, maka budaya itu tidak lagi menjadi tradisi bagi kita. Dan ketika budaya tidak lagi men-tradisi, maka ciri budaya itu tidak lagi melekat pada kita. Dan ketika ciri itu tidak lagi menjadi karakter bagi kita, maka wajar saja ciri itu dicuri oleh orang lain. Dan, yang paling banyak menghilangkan ciri ini dari diri kita, adalah tayangan-tayangan tak bermutu TV nasional kita. Anda tak percaya? Silakan diteliti.

Saat ini, kita boleh jadi marah ketika beberapa ikon budaya kita dicuri oleh Malaysia. Tapi, sedalam mana kemarahan itu? Sejauh mana rasa ketersinggungan kita? Yang saya takutkan, kemarahan itu hanya sesaat. Atau yang lebih parah, ketersinggungan itu, tak menyentuh perasaan yang lebih dalam. Kemarahan itu hanya menjadi sebuah eufhoria. Hari-hari selanjutnya, rasa kebangsaan kita kembali dihancurkan oleh tayangan-tayangan tak beradab TV nasional kita.

“Padahal, peradaban kita adalah bukti merdekanya suatu kaum. Kita harus menyadari, bahwa adanya suatu bangsa bergantung pada peradabannya yang tetap berdiri pada azas peradaban pendahulunya, yang tidak tidak dimasuki peradaban baru. Jika tidak demikian, maka bangsa itu akan lenyap atau menjadi ‘anak pungut’. “ (Murtadha Muthahhari)


KONSULTASI BISNIS
Bagaimana Menemukan Ide dan Memulai Bisnis Anda?
Silakan menuju ke "RUANG KONSULTASI". Klik Disini!!

44 komentar:

IwanKus mengatakan...

meskipun banyak diprotes namun tayangan2 tersebut makin subur mas...
di bulan ramadhan ini contohnya, banyak acara tv meskipun temanya seputar puasa namun isinya cenderung kosong lebih banyak "melawak-nya"...
ada yang bermutu tapi jumlahnya sedikit sekali...
mending ngeblog saja...hehe...
trims

hill mengatakan...

iy kenapa tv2 kita banyak sekali menayangkan acara yg tdk berkualitas, akhirnya tv bukan sebagai sarana informasi tp sebagai media ...maaf "stupid box", jujur di bulan puasa yg penuh rahmah ini, emosi sy tergelitik oleh negeri tetangga yg selalu membuat gerah, tp ketika melihat ke dalam diri sendiri akhirnya menyimpulkan sudah berapa kuat bangsa ini bangga terhadap budaya sendiri?.....

Riswanto mengatakan...

Saya juga sering gemas dengan tayangan TV2 swasta tersebut. Tapi, seolah tidak ada tangan yang kuat yang bisa mengintervensinya. Sepertinya semuanya sudah terkuasai oleh nafsu duniawi yang hanya memikirkan duit saja. Saya khawatir, jika tidak segera diperbaiki, nanti entah kapan, orang Indonesia akan kehilangan budaya dan jati dirinya. Hgghhh, ngeri...

wellsen mengatakan...

Mengenai tayangan televisi, saya juga mau ikut complaint , mas..
Menurut saya, banyak tayangan-tayangan reality show palsu yang membodoh-bodohi masyarakat. Namanya "reality show" , tapi jelas sekali cuma akting yang dibuat2..

Lagipula dalam "reality" show seperti itu, masyarakatnya digambarkan brutal.. Sedikit2 main pukul, saling jambak, dll.. Menurut saya masyarakat kita yang sebenarnya tidak sebrutal itu.. Kita masih punya etika, tidak sedikit2 main pukul..

Lalu saya liat juga di acara2 TV, orang bule selalu dijadikan lucu2an dan ke"bule"an nya selalu dijadikan bulan-bulanan/banyolan..Hal ini akan menumbulkan kesan rasisme, padahal selama ini bangsa kita dikenal sebagai bangsa yang ramah dan bersahabat, bukan bangsa yang anti orang luar.



Dan saya juga anti dengan sinetron2.. Terlalu bodoh untuk ditonton.. hehe


Maaf komentarnya kepanjangan, mas.. Habis sedang mengeluarkan uneg-uneg nih. Mumpung mas Khery lagi membahas topik ini. hehe :)

Arif Hidayat mengatakan...

Bener mas Khery...saya ikut prihatin atas semakin "parahnya" acara tv dan perfilm-an kita.
Yang lagi ngetrend nih acara reality show yang menurut saya malah gak real alias rekayasa belaka..

Ironisnya ratting mereka naik,berarti penonton senang...sedimkian parah kah kita,sampai tak bisa membandingkan acara SAMPAH ato tdk?

Khery Sudeska mengatakan...

@Mas Iwankus, hill, Mas Riswanto, wellsen, Mas Arif Hidayat: Saya setuju dengan pendapat anda semua :) Lalu apa tindakan kita nih? :D

heru mengatakan...

kalau menurut saya mas ambil sikap positifnya dan satu lagi bikin undang-undang nya mas

Khery Sudeska mengatakan...

@heru: Sip nih, Mas Heru :)

arkasala mengatakan...

Posisi media televisi ini beradu antara kreatifitas dengan hukum pasar. Kelihatan sekali orientasi bisnisnya lebih kuat dibanding dengan misi yang diemban sebagai media informasi.
Jadi ketika kita harus memutuskan jangan kalah berkreasi untuk menyetop tayangan yang tidak bermutu terutama ketika dihadapkan pada anak-anak. (Kebetulan anak saya doyan banget nonton TV sehingga saya sebagai orang tua harus pintar2 mengalihkan perhatiannya untuk memilih tayangan yang sesuai baginya)
Di satu sisi saya sependapat dengan Mas Heru, lagi2 pemerintah dengan kekuasannya perlu mengarahkan media ini yang lebih memberikan pelajaran etika dan budaya yang baik. Trims Mas atas artikelnya yang menarik ini. Salam.

Khery Sudeska mengatakan...

@arkasala: Trims, Mas Yayat. Pendapat anda sangat bijak sekali. Kadang ini menjadi penyakit yang tidak kita sadari merayapi moral anak-anak bangsa. Segera, harus ada perhatian dari pemerintah soal ini :)

Anonimmengatakan...

rasa kebangsaan mungkin masih tinggi,tetapi rasa memiliki kita yang kurang......kl acara TV banyakkan segi bisnisnya dibandingkan kualitasnya...contoh TPI tv pendidikan yg ud keluar jalur bgt...hehhee salam kenal

Khery Sudeska mengatakan...

@iquna: Trims atas opininya, Iquna. Salam kenal kembali :)

ajir mengatakan...

mantrab neh renungannnya si mas!
btw, bisa juga karena disebabkan oleh kebanyakan kita yang tidak mengambil sisi positif dari perkembangan yang ada..
contoh, chating, friendster n fesbuk kalo di internet! padahal kalo dipikir2 masih banyak yang lebih penting n bermanfaat utk dijamah..
tp kalo sekali2 yaa..bole lah! (coz aq jg pake..) :D

candradot.com mengatakan...

yang komen pada panjang2 nih..
tapi emang bener juga..
setiap nongkrong depan TV kok isinya sinetron mulu ya....
apalagi anak kecil yang nonton, yang diperlihatkan tayangan yang saya rasa nggak mendidik, membenci orang, memaki, menjebak dll
(wah jadi ikutan panjang neh) hehehe... gpp ya mas

syd mengatakan...

iya,entah kenapa kualitas tayangan tipi swasta sekarang memburuk :(

Khery Sudeska mengatakan...

@ajir: maksud gimana nih, Jir. Hehehe..., kurang bisa ditangkap maksudnya :)

@candradot.com: wah, mas candra mulai ikutan panas juga nih :D Tapi emang banyak yang sebenarnya mulai bosan kok mas dengan tayangan tv yang tidak berkualitas begitu :)

@syd: iya, sob. Makanya, kalo acaranya gak mutu, mogok aja dah nonton tv Indonesia. Kalau soal info, masih ada media lain kok; koran tiap hari, majalah, radio, dan ini nih.... internet :)

Agus mengatakan...

Pemerintah turut andil dalam hal plagiat karya dan budaya kita. Mendiamkan sejak awal dan action ketika sudah diambil = telat sekali.
Lagi pula, karya budaya adalah hasil pikiran dan kreasi setiap manusia. Tidak ada pembatasan mau ditampilin dimana aja.

Lifetheteen mengatakan...

Terima kasih kepada blog Joko Susilo sehingga saya mendarat dengan selamat disini. Aset yang masih ada saatnya kita jaga, Indonesia tanah air tercinta :)

harmenbatubara mengatakan...

Ya pelinglihatan saya juga begitu, kayaknya bangsa kita mulai melupakan adat dan budayanya,ga bisa mengurusi ahirnya...

andriristiawan mengatakan...

saya nonton tv cuman nonton "metro tv" ato "si bolang" itupun jarang....

lebih banyak blogwalking...
dan baca artikel seperti ini yang membuat kita berpikir lebih jauh dan lebih kritis :D

tulisan sudeska menambah wawasan saya lebih jauh dan lebih kritis menyikapi tayangan TV tidak berkualitas ^_^

Ricky mengatakan...

Saya sepakat mas khery bahwa sudah saatnya ada stasiun Tv yang mulai menayangkan kembali potensi budayanasional. Kalo susah ya minim-minim stasiun Tv lokal daerah deh, nah sekarang jangankan Tv nasional lha wong Tv lokal daerah saja ga pernah menayangkan potensi budayanya, terus darimana kita bisa tahu beragam budaya yang ada dinegeri sendiri tho.

genial mengatakan...

apa saiia ini seorang anak pungut?!?!? :(

Khery Sudeska mengatakan...

@all: Trims atas pendapatnya, saya setuju dengan anda semua. Kecuali buat "genial": anda memang anak pungut "g" :)) =)) (just kidding) :)

netmild mengatakan...

masalahnya adalah kebanyakan TV swasta pamer sinetron doank ga mutu isinya cuma rebutan kekayaan sama gaya kebarat2an parah dah ngerusak moral

Khery Sudeska mengatakan...

@netmild: Betul, Mas. Sinetron2 tsb banyak isinya yang sama sekali tidak mendidik. Tapi, bukan sinetron saja, banyak acara lainnya juga sama sekali tak membawa pesan moral yang baik...

andri sofda mengatakan...

keluhan-keluhan yg sama juga terdengar dari para orang2 tua di sekeliling saya, pergeseran moral generasi sebagian besarnya dipengaruhi oleh tayangan di televisi.. "bila ada yg melarang umat islam untuk tidak ke mesjid berjama'ah, atau melarang umat kristen untuk kegereja, maka akan terjadi penentangan besar di dlm masyarakat, namun strategi lewat tayangan televisi cukup dirasa ampuh untuk merusak suatu budaya/moral anak bangsa dan agama. kalo kabar dari venezuela, negara tersebut telah mencabut izin penyiaran 60-an TV swasta karna di anggap tidak memberitakan sesuatu yg benar. :)

kucrit mengatakan...

mendingan ditutup aja tuh channel sampah... biar gak bau...
tapi artis2nya mau lari kemana ya??? apa mungkin mau nampang di TVRI.. ????
kasian tuh olga, gak bisa mbencong lagi... hehehehehe...
saya juga pernah mas, bahas tentang tipi tapi bahasa saya ruwet...

edylaw mengatakan...

dah lama aku gak liat TV. kalaupun buka TV cuma liat berita,kartun sama film komedi :D

alamendah mengatakan...

televisi telah menjadi bisnis yang hanya memburu profit. Moral, susila dan rasa kebangsaan menjadi nomer yang kesekian puluh. Budaya dan kekayaan bangsa sendiri kurang mendapatkan perhatian.
Saya sendiri sudah jarang melihat televisi.

IBIN mengatakan...

Nice posting...

Salam kenal

mr brindil mengatakan...

Salam Kenal...

Jujur saya merupakan salah satu praktisi dunia tontonan yang satu itu...
dalam hati sesungguhnya juga mengumpat apa yang terjadi belakangan ini. saya justru mempertanyakan dimana KPI yang katanya "POLISI-nya" Penyiaran Indonesia.... Dimana BSF yang katanya Tukang Rumput Amoralisme tontonan...
Seharusnya hal seperti ini sudah tidak perlu diperbicangkan lagi BILA kedua lembaga itu berjalan dan bekerja dengan sebaik mungkin.

Semoga itu bisa terjadi dan masyarakat tidak perlu lagi meresahkan tontonan yang tidak berbobot.

mari kita doakan bersama agar kedua lembaga itu bangun dari tidur atau sembuh dari sakit yang berkepanjangan.

terima kasih.......

salam hormat buat anda

Rita Susanti mengatakan...

Yah begitu lah Bang, ketika kepentingan duniawi (baca:materi) berhadap-hadapan dengan kepentingan perbaikan moral. Dimana-mana pasti lah materi akan selalu unggul. Dan hal ini didukung pula oleh karakter penonton yg tidak kritis dan mau saja dijejali dengan tontonan yg tidak berkualitas..Meski sebenarnya masih ada sih tontonan yg mendidik, tapi mungkin sangat kecil sekali persentasenya...

Wasyoko mengatakan...

kita perlu untuk mejadikan ini suatu pelajaran yang harus kita untuk berbuat yang lebih baik untuk kedepannya.ma akasih.

pakwo mengatakan...

wah...masuk akal juga tu...jarang dibahas masalah budaya tersebut

Anonimmengatakan...

wah.. kita musti boikot tuh sinetron2 yg gak bermutu.. :D

made gelgel mengatakan...

seharusnya kita harusnya kembangkan sinetron yang mendidik. sebenarnya sih sudah ada, contohnya aja sinetron yang membahas anak SMA, parahnya bukan pelajaran yang lebih dicondongkan, tapi yang lain

Agus mengatakan...

makin berkibar aja nih blog...!
Sukses selalu Pak!

BundaPreneur mengatakan...

alhamdulillah saya jaraaang, hampir tidak pernah liat tv, kalau berita cukup dengar radio n liat di internet. Anak2 juga liat kartun di tv baby atau disney......ga ada yg bagus dari TV, informasi juga menipu.....

Edy S mengatakan...

Menurutku mengendurnya rasa nasionalisme generasi muda sekarang, tidak tahu apa penyebabnya kok bisa begitu, apa sistem pendidikannya yang salah atau faktor lain. Contoh aja mahasiswa sekarang senang tawuran, mau jadi apa padahal diakan generasi penerus. Pemerintah sendiri sepertinya tidak begitu peduli dengan karya anak bangsa, mestinya yang sudah menjadi budaya bangsa seperti itu kan dilindungi undang-undang.

Khery Sudeska mengatakan...

@sahabat-sahabat saya semua: Trims atas komentar anda semua. Saya salut dan sangat menghormati pendapat anda. Ternyata keresahan yang kita rasakan soal tayangan tv ini sama, dan sudah terpendam sejak lama. Mari kita lebih kritis lagi terhadap tayang tv nasional kita yang tidak mendidik. Demi menyelamatkan kita dan anak-anak bangsa ini di masa depan :)

aditya permana mengatakan...

ayo kita laporkan pada TPI...

Anonimmengatakan...

televisi swasta melakukan hal ini semata-mata hanya demi profit, dan pemerintah juga tidak mengatur tegas mengenai hal ini. sebenarnya ini adalah salah satu bentuk dari kebebasan berekspresi, tapi apakan kebebasan ini yang diinginkan oleh para pencetus reformasi???? kalau memang ia saya lebih ingin hidup pada masa orde baru.

heru mengatakan...

semuanya dijual, ampe agama aja dijual

reez mengatakan...

kita harus lebih mencintai budaya kita sendiri..

:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Bagi sahabat-sahabat pembaca yang belum mempunyai Blog, anda tetap bisa berkomentar/bertanya disini. Caranya, pada "Select frofile..." pilihlah Name/URL. Tulis pada kotak Name dengan Nama Anda, dan kotak URL anda kosongkan saja. Tuliskan komentar/pertanyaan anda di dalam kotak komentar, lalu Poskan Komentar anda.

 
© Copyright by Blog Khery Sudeska  |  Template by Blogspot tutorial