02 Juli 2009

Debat


Judul ini sebenarnya sudah dibahas oleh Goenawan Mohamad pada Catatan Pinggir majalah Tempo edisi sepekan yang lalu. Tapi, saya tak tahan juga ingin nyeletuk. Karena saya tertarik, geli, sekaligus “risau” (ini hanya penghalusan bahasa untuk tidak menyebut “muak”) melihatnya.

Saya tertarik, karena ini adalah ajang debat para calon pemimpin negeri ini, yang ditayangkan salah satu stasiun televisi swasta beberapa hari yang lalu. Saya tertarik, karena ini adalah salah satu “hiburan” yang cukup menyenangkan. Tapi, saya tidak tertarik karena saya ingin melihat dan mencermati tentang fakta dan data yang mereka ungkap tentang bangsa dan negara, yang seharusnya ini yang paling perlu, karena pengungkapan mereka soal ini (betul kata Goenawan Mohamad) sangat dangkal. Dan saya yakin, ini bukanlah tujuan utama penyelenggaraan acara tersebut oleh sang tuan rumah.

Saya geli, karena debat para tim suksesnya setelah itu sudah hampir mirip dengan pertengkaran anak-anak. Hampir tidak lagi menggunakan logika dan penuh dengan emosi. Saya risau, karena karena perdebatan itu sudah jauh dari standar etika yang santun. Emosi lebih dikedepankan dalam mematahkan argumen lawan ketimbang berbicara realitas kebangsaan. Pada saat itu argumen lawan, yang mungkin sedikit bermuatan logika dan fakta, tidak lagi menjadi masukan yang bisa diterima. Saling potong dan bagaimana membungkam lawan dengan cara apapun menjadi halal. Sehingga ajang itu sudah menjadi ajang bunuh membunuh opini, bukan lagi menghidupkan opini. Ajang itu telah menjadi saling bunuh membunuh logika, bukan lagi menghidupkan logika.


Debat, dalam pengertian dan tujuan, memang sangat berbeda dengan rapat dan diskusi. Rapat bertujuan untuk mencari keputusan. Diskusi bertujuan untuk mencari kebenaran. Tapi, tujuan debat seperti yang kita lihat hari ini hanya untuk mencari dan menjadi pemenang. Yah, pemenang dalam ajang itu. Pemenang dalam debat itu. Debat itu tidak lagi untuk meyakinkan.

Socrates, dulunya, ketika ia bertanya dan meminta jawab. Ketika ia membantah dan dibantah. Pada saat itu ia tidak bermaksud mematahkan lawan bicaranya hingga takluk. Teknik ini yang kemudian dikenal dengan teknik eclenchus. Dengan teknik ini ia bermaksud untuk menggugah orang untuk berpikir, mengoreksi hidup, dan menjadi lebih bijaksana. Ia tidak hanya mengoreksi orang. Ia juga mengoreksi dirinya dan meminta orang mengoreksi dirinya. Ia menghidupkan logika, bukan membunuh logika.

Namun, “luar biasa” hari ini apa yang terjadi pada debat calon presiden dan calon wakil presiden kita, terutama debat para tim suksesnya. Logika dan rasionalitas tertutup rapat di bilik-bilik besi emosi dan nafsu. Saat logika dan rasionalitas tertutup, saat itulah kesadaran akan diri sendiri dan orang lain menjadi hilang. Pembicaraan-pembicaraan yang keluar pun menjadi pembicaraan-pembicaraan yang tidak sadar. Maka, hampir dapat disimpulkan, debat yang terjadi ketika itu adalah debat yang tidak sadar.

Saya tidak tahu apa yang ada di benak masyarakat yang menyaksikan debat itu. Apakah juga sama dengan apa yang ada di benak saya? Entahlah...!

Dan yang lebih “menarik” lagi, para pemandu debat, yang notabene para penyiar televisi yang menayangkan acara tersebut, mencoba mengejar, memancing, menambah panas, dan menambah arah pembicaraan menjadi semakin tak berlogika. Mereka tidak lagi menjadi “moderator” yang asal katanya adalah “moderat”, yang berarti bijaksana. Sesekali mereka bertepuk tangan untuk sebuah argumen yang dangkal, yang disambut pula riuh tepuk tangan dan sorak para pendukung yang hadir di acara tersebut. Acara itu pun menjadi lebih mirip sebuah pertandingan, bukan lagi debat calon pemimpin bangsa. Pada saat itu, pendangkalan itu semakin terasa.

Maaf, kawan. Saya “risau” melihat acara itu. Saya jadi teringat apa yang dikatakan Pak Enceh di facebook, "Katakan pada rakyat, demokrasi harus berganti aturan main. Yang menang bukan suara terbanyak. Tapi, yang mendapat suara paling sedikit. Agar setiap kandidat dapat berkampanye dengan santun. Jangan pilih saya. Pilihlah si anu, pilihlah si polan, dia baik, dia memiliki kemampuan... Saya mendukung dia."

KONSULTASI BISNIS
Bagaimana Menemukan Ide dan Memulai Bisnis Anda?
Silakan menuju ke "RUANG KONSULTASI". Klik Disini!!

5 komentar:

Anonimmengatakan...

Tulisan yg bagus pak, ketika debat menggunakan logika mengejar kekuasan, segala hal dihalalkan. Tak peduli etika dan kesantunan berpolitik. Akhirnya rakyat muak dengan pertengkaran kelas kedai kopi yg ditayangkan di televisi, maka makin banyaklah yg akan apolitis...

Salam,
MB

Ardiansyah Tanjung mengatakan...

Saya seperti membaca sesuatu yang baru dari halaman Khery Sudeska ini. Selama ini saya "dipaksa" untuk setuju atau tidak setuju saja. Tidak pernah saya diberikan opsi abstain atau opsi pikir2 dulu, seperti yang saya tangkap disini. Sayang... Khery Sudeska bukan pengamat politik ngetop atau pakar komunikasi politik ternama, atau apalah... sehingga pikiran2nya lalu bisa disebar luaskan oleh media. Karena di negara ini, orang tidak melihat apa isi bicaranya, tapi siapa yang berbicara. Sayang, saya bukan calon Presiden, sehingga saya akan mengangkat Khery Sudeska sebagai salah satu Manager of Campain saya... Sayang, saya bukan orang top negeri ini yang paham akan pikiran2 baru seperti ini... Sayang... seribu kali sayang.

patahati mengatakan...

saya datang atas undangan sahabat, seperti yg sobat rasakan saya juga resah dengar debat spt itu. bgmn kalau kedepannya setiap pemimpin memiliki rapor atas kinerjanya, punya nilai tinggi dan punya nilai rendah pada tugas dan tanggung jawab mereka, dan transparan. bravo sobat!

rudy azhar l Tips Internet untuk Pemula mengatakan...

bicara masalah debat, saya emang suka banget berdebat tapi kalau nonton debat capres/cawapres sih noway. banyakan janji doank... Salam kenal

Khery Sudeska mengatakan...

@Anonim: Setuju, Bozz...!
@iangoogle: Do'akan saja saya suatu saat terkenal. Hehe...:D
@patahati: Thanks atas kunjungannya, jangan patahati terus. Hehe...
@rudy azhar: Trims, Mas. Salam kenal juga dan moga betah berkunjung kemari...

:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Bagi sahabat-sahabat pembaca yang belum mempunyai Blog, anda tetap bisa berkomentar/bertanya disini. Caranya, pada "Select frofile..." pilihlah Name/URL. Tulis pada kotak Name dengan Nama Anda, dan kotak URL anda kosongkan saja. Tuliskan komentar/pertanyaan anda di dalam kotak komentar, lalu Poskan Komentar anda.

 
© Copyright by Blog Khery Sudeska  |  Template by Blogspot tutorial