25 November 2009

Parijs van Java

Anda pernah baca Parijs van Java? Itu, novel karya Remy Sylado. Novel yang menyimpan sejuta keanehan tentang sebuah negeri bernama Hindia Belanda.

Parijs van Java memang julukan untuk kota Bandung. Namun, novel Parijs van Java (sebenarnya) mencoba mengambil gambaran peristiwa yang lebih besar tentang ke-Indonesia-an masa dahulu. Menyimpan catatan-catatan kebangsaan seorang perempuan Belanda-Amerika (sebenarnya Belanda tulen) yang tercerahkan, Gertruida van Veen. Tokoh Gertruida ini, tentu saja (atau mungkin), fiktif dalam kerangka imajiner Remy. Sebab, sepengetahuan saya, Remy bukan seorang novelis penganut aliran Realisme Sosialis.

Ada dua sisi kecenderungan dominan yang tercatat dalam nurani Gertruida (Gerry). Sisi Belanda-nya sendiri dan sisi Hindia Belanda-nya.

Dari sisi Belanda-nya, Gerry melihat adanya perbedaan kecenderungan dan sikap orang Belanda yang tinggal di Belanda dengan orang Belanda yang tinggal di Hindia Belanda.

“Hampir semua Belanda yang meninggalkan negerinya, tak soal pandai ataupun bodoh dan kaya ataupun miskin, begitu mereka menginjakkan kaki di garis nol ekuator, maka serta-merta mereka kemasukan roh kolonial yang menganggap diri mereka sebagai juragan-juragan di atas para kacung.”

Dan, dari sisi ke-Hindia Belanda-an, Gerry melihat adanya pembodohan yang sistematis dan struktural pada masyarakat. Belanda sebenarnya tidak pernah bisa menjajah tanah, yang kemudian tanah itu mereka beri nama Hindia Belanda, dengan kekerasan dan pertempuran. Tapi, pemimpin-pemimpin masyarakatnya sangat mudah dibujuk dengan imbalan harta, kemegahan, dan kehormatan. Melalui pemimpin yang “terbujuk” inilah bangsa ini “dipaksa secara struktural” menjual tanahnya kepada Belanda. Belanda, akhirnya menguasai banyak tanah bangsa ini. Dan, anak bangsa ini pun menjadi pekerja di atas tanah-tanah yang sebelumnya milik mereka. Anak bangsa ini menjadi kacung di atas tanahnya sendiri, tanpa kemerdekaan hak, berada jauh di bawah nilai-nilai kemanusiaan, dan diperlakukan dengan perlakuan hukum yang berbeda yang cenderung keji tanpa rasa keadilan.

Negeri Hindia Belanda itu kini telah merdeka puluhan tahun yang lalu. Negeri itu pun telah berubah nama menjadi Indonesia. Namun, sisa-sisa roh kolonialisme itu masih saja ada melekat di negeri ini. Masih ada perbedaan hak, masih ada perlakuan yang di bawah nilai kemanusiaan, masih ada perbedaan dalam perlakuan hukum dan keadilan.

Hal itu masih tampak ketika seorang nenek bernama Minah dari Dusun Sidoharjo, Ajibarang, Kabupaten Banyumas yang mencuri tiga buah Kakao milik PT. Rumpun Sari Antan sampai diseret ke Pengadilan dan telah divonis hukuman. Padahal niat Nenek Minah bukanlah mau mencuri, dia hanya mau mengambil bijinya untuk ditanam. Dan, namun, di suatu tempat yang tak jauh dari itu, masih di negeri bernama Indonesia, para pelaku yang terlibat dalam skandal Bank Century dan kasus korupsi dengan nilai miliaran rupiah lainnya masih bebas berkeliaran karena kasus hukum yang belum berujung pangkal.

Saya bukan orang yang berdisiplin ilmu hukum. Oleh karena itu, saya tidak tahu apakah realitas di atas bisa dan tepat dinamakan dengan sebutan perbedaan perlakuan hukum. Namun, realitas itu menyiratkan masih ada “tuan-tuan” yang susah dijerat hukum meski dengan kasus yang berat, dan masih ada “kacung-kacung” yang sangat mudah diseret ke pengadilan meski dengan kasus yang ringan sekalipun. Dan realitas ini mengguncang rasa keadilan saya, dan kita.

Saya tidak bermaksud membangun rasa skeptis dan pesimis terhadap negeri ini. Kritik saya dalam tulisan ini dan kritik Remy dalam Parijs van Java tentang Indonesia tentunya boleh ditelaah lebih dalam lagi. Dan, kritik ini, tentu saja berangkat atas dasar keinginan untuk sebuah Indonesia yang lebih baik.

Ket. : Gambar diambil dari forum.detik.com

KONSULTASI BISNIS
Bagaimana Menemukan Ide dan Memulai Bisnis Anda?
Silakan menuju ke "RUANG KONSULTASI". Klik Disini!!

36 komentar:

Zico Alviandri mengatakan...

Penjajahnya sudah berganti wajah dan kulit. Sedih... negeri ini terus terjajah...

yangputri mengatakan...

perbedaan yang sangat signifikan antara kasus nenek marsinah dg bank century, miris sekali, inilah penjajahan yg sebenarnya sedang terjadi di negeri ini

pasutrisatu mengatakan...

wah! kita harus instrospeksi,coba renungkan sesuatu yang baik pantas untuk yang baik, begitu sebaliknya, kalau sekarang dapat pemimpin2 yang 'demikian' berarti..bawahnya ya 'demikian'. yang bisa kita lakukan ya sabar dan berdoa saja. toh kalau ada yang jelek sama mereka, akibatnya kembali kepada mereka sendiri.

arkasala mengatakan...

tatanan hukum kita memang masih jauh dari sempurna Mas, saya sendiri sedih menyaksikan beberapa kejadian di negeri ini. Semoga kelak akan terbentuk negeri yang memiliki sistem hukum yang baik.

Membaca alur artikel Mas Khery ini kok saya jadi tertarik untuk membaca novel tersebut. Saya belum membacanya.
Terima kasih atas info dan ulasannya.

wempi mengatakan...

Kemungkinan sampe kiamat negeri kita begini-begini terus mas...

secara perlahan perasaan pesimis sudah mulai tumbuh di hati, hehe...

Anonimmengatakan...

malam
kunjungan perdana
salam hangat selalu

hpnugroho mengatakan...

itulah hukum di sini, dimana uang lebih berkuasa daripada azas kemanusiaan dan keadilan, barangkali makna Pancasila dan UUD 45 sudah luntur, entah bagaimana nasib hukum ditahun mendatang ...

KangBoed mengatakan...

Mangstaaaaaaaaaaaaaabbbs

KangBoed mengatakan...

RAIHLAH “JATI DIRI MANUSIA”.. untuk

MENGEMBALIKAN JATI DIRI BANGSA INDONESIA

Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabatku terchayaaaaaank

I Love U fullllllllllllllllllllllllllllllll

KangBoed mengatakan...

hmm negeri ini entah bakal jadi apa berapa tahun ke depan

Rita Susanti mengatakan...

Itulah realita yg terjadi di negeri yg bernama Indonesia ini...Hukum lebih mudah diterapkan bagi orang yg tak berpunya dan lemah, sementara bagi orang berkuasa, berduit serta bermampu, hukum seolah enggan menyapa, atau memang diarahkan agar hukum tidak menyapa kaum "berpunya" itu???...Sangat ironi...

belajar bisnis internet | hill mengatakan...

sy tercengang dgn gaya penulisan kawan yg satu ini :), ada 2 variable yg berbeda dlm bahasan ini tapi mempunyai kaitan yg erat. Apabila ada org yg jeli yg lg cari inspirasi utk karya ilmiah(thesis), sepertinya sangat layak bahasan ini diangkat ke permukaan

nb:menjwb pertanyaan pertanyaan mas khery,sy belum mengerti arah pertanyaan ttg strip ads :D maklum br bgn tdr jd lola(loading lama):D

salam
hill

bundadontworry mengatakan...

mungkin instrospeksi diri juga rasa empati hrs lebih sering dilakukan agar bisa dan mau utk mendengarkan sebuah kebenaran adalah kebenaran.
sudah jelas yg salah dan benar, jangan dijadikan ruang abu2.
salam.

bukan facebook mengatakan...

Yah...kita udah main bakar-bakaran, bom-boman...tapi tetep ajah gak bisa berubah juga negaranya...musti pegimana lagi yah?

heru mengatakan...

udah nasib kali ya negeri kita kaya dengan korupsi, kapan ya negeri kita bisa memakmuri rakyatnya?

Khery Sudeska mengatakan...

@Zico: Kadang2, rasa2nya memang begitu, Kawan. Hehehe... Tapi tak perlu lemes. Semangat terus. Ya, Kan? :D

@yangputri: Nenek Minah, yangputri... Bukan Nenek Marsinah. Hehehe... :D Tapi, jangan demikian dong. Tetep semangat. Ini biasa. Tugas kita memberikan perhatian yang serius. Ya to? :)

@pasutrisatu: Bener, Mas. Dan tetap semangat :)

@arkasala: Mudah2an, Kang. Amin. O, ya... Silakan baca, Kang. Pasti menarik :)

@wempi: Wah, jangan gitu dong, Wempi. Hehehe... Tetap semangat. Masalah itu biasa. Tugas kita bersama untuk memberi perhatian dan mencoba mencari jalan keluarnya :)

@bluethunderheart: Pagi :D Ok, saya akan bertamu ke rumahnya segera...

@hpnugroho: Tetap semangat, Mas Nugroho. Optimis. Hehehe...

@KangBoed: Tengkyuuuuuuuuuuuu, KangBoed. I love you fulllllllllll :D

@Rita: Wah, Rita mulai ketularan virus Bundo nakjaDimande kayanya nih. Kata2nya beralur bak puisi :D Tetap semangat, Rita. Trims...

@hill: Analisanya mentereng banget atas tulisan ini, masa pertanyaan ringan soal strip ads aja nggak nangkap, Kawan. Hehehe.... :D

@bundadontworry: Setuju sekali, Bunda. Kita mesti kosisten dan punya komitmen yang kuat untuk hal itu. Bukan begitu, Bunda? Trims :)

@bukan facebook: Wah, jangan anarkis, Mas. Hehehe... Tetap optimis dan semangat untuk memberikan yang terbaik buat Indonesia. Trims :)

Khery Sudeska mengatakan...

@heru: Tetap semangat, Mas Heru. Jangan lemes. Kegemilangan butuh waktu dan perjuangan. Kerja yang baik dengan niat yang baik akan dinilai Tuhan sebagai pahala. Bukan begitu, Mas Heru? :D

Financial Adviser mengatakan...

yah mungkin karena kita sudah terlalu lama dijajah ama belanda, ampe2 budaya seperti itu seudah mendarah daging.

Khery Sudeska mengatakan...

@Financial Adviser: Yang demikian itu sebenarnya bukan budaya Belanda di Belanda-nya sendiri, tapi budaya kolonial Belanda, khususnya di Hindia Belanda. Demikian dalam Parijs van Java.

Tetap semangat untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Ok? :)

IwanKus mengatakan...

saya belum baca bukunya mas...
kayaknya kok menarik sekali...
btw link sahabatnya mas khery kok jadi nofollow ya?
tetap semangat mas...

wellsen mengatakan...

mental-mental kolonialisme seperti itu saya rasa perlu benar-benar dihapuskan bila ingin Indonesia kita maju..
Bagaimana rakyat kita bisa makmur kalo bahkan negaranya sendiri memperlakukannya secara tidak adil :)

Wandi thok mengatakan...

Hmmm... kalo ngeblog dari koneksi speedy di sekolah gini komeng di Blogspot nggak masalah mas.
Hidup Parij van Java.

Anonimmengatakan...

Parijs van Java ...tetap relevan ya dengan kondisi kekinian bangsa. walaupun di beberapa sisi bangsa ini sudah menunjukkan kemajuan yang cukup berarti, namun di sisi lain harus kita akui kita masih mengalami kekurangan. inilah saatnya bagi kita untuk memnyumbangkan apa yang bisa kita kerjakan apapun bentuknya itu untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.
Salam sukses

belajar bisnis internet | hill mengatakan...

met malam mas khery, skrg sy baru ngeuh prtanyaan mas khery :D hehe maklum td pagi br bgn tdr jd bingung :D, sy ngambil tutorial dr blognya o-om.com ttg navbar ala wordpress, sepengetahuan sy hrs punya hosting sendiri utk nyimpen javascript(fileave.com) bisa ngambil punya org lain,tp takut sewaktu2 di ubah sm yg mpunya,begitu..

mungkin sekedar informasi tambahan googling kata kunci: strive ad ala navbar,bnyk yg memberikan tutorial tsb..

salam
hill

belajar bisnis internet | hill mengatakan...

ada yg lupa. selamat hri raya idul adha, klo potong kurban, kirim2 ya :D

belajar bisnis internet | hill mengatakan...

hehe ada yg lupa lg mumpung inget sebelum shalat ied. apabila mas khery males upoad java script utk strip ads, silahkan panggil js punya saya.alamatnya: <script src=' http://hilmifir1312.fileave.com/Flot atas-Stript-ad.js' type='text/javascript'/>

Khery Sudeska mengatakan...

@IwanKus: Trims, Mas Iwan. Sementara memang link-nya dinofollow-kan, Mas. Karena rencananya mau dipindah ke sebuah page dalam waktu dekat. Tapi, nggak jadi. Sekarang sudah dofollow kembali kok :D

@wellsen: Betul, Mas Wellsen :)

@Wandi thok: Wellcom, Ustadz :D

@sugiana: Terimakasih atas komentarnya, Pak Sugiana. Sukses juga untuk anda :)

@hill: Ok, Kawan. Makasih banyak. Selamat Idul Adha, Maaf Zahir Batin :)

belajar blog mengatakan...

awal mulanya seperti itu
mereka dah lama menjajah kita ampe berabad-abad...
makanya susah untuk lepas dari kebiasaan tersebut

Action Figure Toy mengatakan...

trus kenapa bandung bisa dapet julukan paris van java yah mas
btw, tuh noni belanda yang ada di poto cantik yah

Blogger Admin mengatakan...

wah dapet dari mana tuh foto si noni belanda?pasti sekarang udah nenek hehe....semangat mari lanjutkan perjuangan...jangan mau di jajah lagi dengan model apapun.....salam

JR mengatakan...

wakh aku belum pernah baca buku ntuh om, soalnya aku paling tidak hobi baca sih...hehehe, jadi ngikut aja dech

akhatam mengatakan...

Good post sob...!!keep spirit...!!

Andriristiawan mengatakan...

betapa mengerikannya hukum di negara kita sendiri :(

perbedaan keadilan memang sangat terasa..
saya juga ngga habis pikir kok mbah minah itu bisa kena hukum hanya karena 3 buah kakao :(
semoga hukum dinegara kita ini bisa lebih tegas dan adil terhadap semuanya... semoga2 sisa2 kolonialisme benar2 bisa hilang dari negara kita Indonesia..
AMien :)

Khery Sudeska mengatakan...

@belajar blog: Mudah2an kebiasaan itu hilang ya, Sob. Dengan usaha yang keras tentunya :)

@Action Figure Toy: Nah, kalau julukan itu panjang ceritanya. Bila ada waktu, suatu ketika akan saya bahas. OK?

@JR: Mulai budayakan hobi membaca, JR. Dan kurangi nonton TV ya. Hehehe...

@Andriristiawan: Mudah2an, Andri. Amin... :)

Kika mengatakan...

Rasanya aku tak bisa untuk tidak mengatakan "beginilah mental sebagian kita". Semoga dirimu dan diriku tidak.

Khery Sudeska mengatakan...

@Kika: Saya juga berharap kita tidak termasuk :)

:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

Bagi sahabat-sahabat pembaca yang belum mempunyai Blog, anda tetap bisa berkomentar/bertanya disini. Caranya, pada "Select frofile..." pilihlah Name/URL. Tulis pada kotak Name dengan Nama Anda, dan kotak URL anda kosongkan saja. Tuliskan komentar/pertanyaan anda di dalam kotak komentar, lalu Poskan Komentar anda.

 
© Copyright by Blog Khery Sudeska  |  Template by Blogspot tutorial